Sejarah panjang mencatat bahwa belum pernah ada eksperimen negara agama di masyarakat Indonesia. Yang ada adalah kerajaan Majapahit, kerajaan Sriwijaya, kerajaan Demak dan sebagainya. Tidak ada satupun kerajaan besar yang hadir di bumi Nusantara mengambil jarak dengan urusan agama dengan lain perkataan agama dengan nilai-nilainya yang universal telah menjadi sublimasi menjadi penyumbang atas keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Walau agama telah menjadi sublimasi nilai-nilai atas kehidupan berbangsa dan bernegara yang tergambar dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa, kita patut berikhtiar bersama dengan masuknya transidiologi yang justru dalam kasat mata nampak ada gejala tsunami keterpecahan kehidupan berbangsa atas nama agama, terkadang agama menjadi sumbu pembakar. Agama menjadi alat pemecah persatuan, agama menjadi dalil pengabsahan atas tindakan kekerasan bahkan pembunuhan antar sesama anak bangsa. Nilai-nilai universal dari masing masing agama yang berbeda yang selalu membawa kedamaian cinta kasih telah menjelma menjadi agama yang berwajah ganas yang oleh Charles Kimbal menyebut dalam karyanya “Kala Agama Menjadi Bencana” ada lima tanda agama menjadi ganas.
Pertama, bila suatu agama mengklaim kebenaran agamanya sebagai kebenaran yang mutlak dan satu satunya. Tanda Kedua; adalah ketaatan buta pada pemimpin keagamaan mereka. Tanda ketiga, agama mulai gandrum merindukan zaman ideal, lalu bertekad merealisasikan zaman tersebut ke dalam zaman sekarang. Tanda keempat, apabila agama membenarkan dan membiarkan terjadinya tujuan membenarkan cara, dan tanda yang kelima menurut Kimbal adalah tak sulit mencari contoh ambil saja misalnya perang salib, terorisme modern tragedi 11 September yang memakan sekian banyak korban.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT