Pancasila, Moderasi Beragama dan Harmoni ke-Indonesia-an

- Editor

Senin, 6 Maret 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Salim Taib

Salim Taib

Sebelum menjelaskan isi dari ideologi Pancasila dari Indonesia Merdeka Bung Karno menelusuri lapisan-lapisan sejarah panjang Nusantara, menggali, mengkaji, dari buminya Indonesia berupa anasir-anasir yang telah menjadi tradisi kebiasaan, serta karakter  kehidupan rakyat Indonesia yakni bhineka tunggal Ika berbeda-beda tetap satu, serta kehidupan yang membanting tulang, peras tenaga, pikiran dan otak itulah kehidupan gotong royong yang telah menjadi kebiasaan sejak lama.

Oleh Bung Karno kemudian merumuskan anasir serta lapisan kehidupan masa lampau itu menjadi pembeda dari bangsa-bangsa Eropa dan Timur Tengah. beliau tegakkan Indonesia merdeka di atas fondasi dan idiologi Pancasila, oleh karena itu Pancasila adalah karya monumental, karya yang paling berharga sebuah karya yang isinya tidak tercerabut dari akar yang menjalar dari bumi dan rahim ibu pertiwi.

BACA JUGA  Ini Dua Hal yang jadi Fokus Pemuda Pancasila Malut

Sebuah tulisan Soekarno dimuat di suluh Indonesia (12 Agustus 1928) yang mengkritik tentang bangunan ideologi dari bangsa-bangsa Eropa, Bung Karno mengungkapkan bahwa nasionalisme kita adalah nasionalisme ketimuran dan sekali-kali bukanlah Nasionalisme kebaratan yang menurut perkataan C.R Das adalah suatu nasionalisme yang menyerang-nyerang, suatu nasionalisme yang mengejar keperluannya sendiri, suatu nasionalisme perdagangan yang untung atau rugi. Nasionalismenya kita adalah nasionalisme yang membuat kita menjadi  “perkakasnya Tuhan” dan membuat kita hidup dalam roh.

Pembeda tersebut sekaligus menjadi penanda bahwa Indonesia bukanlah bangsa yang sekuler, bangsa yang menegasikan nilai-nilai agama yang menjadi sublimasi atas ideologi Pancasila yang oleh As’ad Ali dalam Negara Pancasila menyebutkan nilai Ketuhanan Yang Maha Esa sebuah rumusan nilai yang membuat kita menjadi perkakasnya Tuhan. Sejatinya nilai tersebut menjadi parameter dan sekaligus merupakan paradigma yang mampu menjadi pedoman sekaligus menjadi jawaban terhadap berbagai problem kehidupan bangsa Indonesia baik kehidupan demokrasi, politik, ekonomi dan budaya.

Berita Terkait

Dampak Ekonomi dan Kesehatan dari Kenaikan Cukai Rokok
Pemerintah Harus Menaikkan Cukai Rokok, Bukan PPN
Jembatan Kali Oba II Harus Diuji Sifat Fisik dan Mekanik Tanah
Membingkai Makna Fagogoru Dalam Refleksi 34 Tahun Kabupaten Halmahera Tengah
HUT Provinsi Maluku Utara ke-25 Momentum Berbenah
Menilik Janji Cagub Cawagub Soal Porsi Pendidikan dan Tenaga Kerja Maluku Utara
Politik ‘Dopamin’ IMS-ADIL dan Kemenangan Elang-Rahim 
Judol : Kalah jadi ‘Abu’, Menang jadi ‘Arang’
Berita ini 276 kali dibaca
Tag :

Berita Terkait

Kamis, 26 Desember 2024 - 20:42 WIT

Dampak Ekonomi dan Kesehatan dari Kenaikan Cukai Rokok

Senin, 23 Desember 2024 - 13:47 WIT

Pemerintah Harus Menaikkan Cukai Rokok, Bukan PPN

Minggu, 15 Desember 2024 - 15:00 WIT

Jembatan Kali Oba II Harus Diuji Sifat Fisik dan Mekanik Tanah

Kamis, 31 Oktober 2024 - 22:01 WIT

Membingkai Makna Fagogoru Dalam Refleksi 34 Tahun Kabupaten Halmahera Tengah

Selasa, 8 Oktober 2024 - 17:57 WIT

HUT Provinsi Maluku Utara ke-25 Momentum Berbenah

Berita Terbaru

Yayasan Kesejahteraan Madani (Yakesma) Maluku Utara melakukan edukasi  peduli Palestina kepada ratusan siswa-siswi di beberapa sekolah

Ragam

Yakesma Maluku Utara Berbagi Cinta untuk Palestina

Jumat, 17 Jan 2025 - 18:06 WIT

Money

Riba dan Bunga Bank

Jumat, 17 Jan 2025 - 15:19 WIT

error: Konten diproteksi !!