Sebelum menjelaskan isi dari ideologi Pancasila dari Indonesia Merdeka Bung Karno menelusuri lapisan-lapisan sejarah panjang Nusantara, menggali, mengkaji, dari buminya Indonesia berupa anasir-anasir yang telah menjadi tradisi kebiasaan, serta karakter kehidupan rakyat Indonesia yakni bhineka tunggal Ika berbeda-beda tetap satu, serta kehidupan yang membanting tulang, peras tenaga, pikiran dan otak itulah kehidupan gotong royong yang telah menjadi kebiasaan sejak lama.
Oleh Bung Karno kemudian merumuskan anasir serta lapisan kehidupan masa lampau itu menjadi pembeda dari bangsa-bangsa Eropa dan Timur Tengah. beliau tegakkan Indonesia merdeka di atas fondasi dan idiologi Pancasila, oleh karena itu Pancasila adalah karya monumental, karya yang paling berharga sebuah karya yang isinya tidak tercerabut dari akar yang menjalar dari bumi dan rahim ibu pertiwi.
Sebuah tulisan Soekarno dimuat di suluh Indonesia (12 Agustus 1928) yang mengkritik tentang bangunan ideologi dari bangsa-bangsa Eropa, Bung Karno mengungkapkan bahwa nasionalisme kita adalah nasionalisme ketimuran dan sekali-kali bukanlah Nasionalisme kebaratan yang menurut perkataan C.R Das adalah suatu nasionalisme yang menyerang-nyerang, suatu nasionalisme yang mengejar keperluannya sendiri, suatu nasionalisme perdagangan yang untung atau rugi. Nasionalismenya kita adalah nasionalisme yang membuat kita menjadi “perkakasnya Tuhan” dan membuat kita hidup dalam roh.
Pembeda tersebut sekaligus menjadi penanda bahwa Indonesia bukanlah bangsa yang sekuler, bangsa yang menegasikan nilai-nilai agama yang menjadi sublimasi atas ideologi Pancasila yang oleh As’ad Ali dalam Negara Pancasila menyebutkan nilai Ketuhanan Yang Maha Esa sebuah rumusan nilai yang membuat kita menjadi perkakasnya Tuhan. Sejatinya nilai tersebut menjadi parameter dan sekaligus merupakan paradigma yang mampu menjadi pedoman sekaligus menjadi jawaban terhadap berbagai problem kehidupan bangsa Indonesia baik kehidupan demokrasi, politik, ekonomi dan budaya.