Setelah dua pekan saya berada di kampung, banyak hal yang rupanya telah berubah. Salah satunya tongkrongan kami sudah tidak seramai dulu. Jika saya memaksakan bergabung, tertawa saya juga nantinya tidak sekeras biasanya. Yang pasti, saya harus belajar menerima bahwa semua orang ada masanya.
Jujur saja, tujuan saya untuk balik kampung adalah untuk melakukan penelitian. Namun kesibukan akademik ini tidak memalingkan perhatian pada kebiasaan saya yang sering memancing ikan di Danau Galela. Kalau misalnya memancing ikan ini dilombakan, saya bisa menjuarai turnamen tersebut dengan nilai yang cukup memuaskan, tapi dengan kategori yang paling lama mendapatkan ikan ketika memancing. “Ahahaha” pecah tawaku dalam hati.
Oh iya, danau Galela memiliki luas sekitar 407 hektar. Lokasinya di Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara. Danau ini memiliki pesona keindahan yang luar bisa. Walau demikian, danau Galela masih berada dalam ancaman eceng gondok. Salah satu tumbuhan yang mengapung di danau ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Jumat (21/02) pagi di tepi danau, dengan beberapa peralatan alat pancing dan perahu yang terbuat dari bambu (semacam rakit) siap membawa saya mengarungi landscape danau. Seperti biasa, eceng gondok sudah menyapa saya dari kejauhan.
Kehadiran eceng gondok di danau Galela sudah ada sejak lama. Menurut orang tua di kampung, tumbuhan ini dibawa oleh seseorang yang sehabis pulang dari Manado, Sulawesi Utara. Saya tidak tahu persis siapa orangnya. Tapi menurut cerita, dia menaruh tumbuhan ini di dalam keramba (penampung ikan) untuk dijadikan hiasan. Setiap hari perkembangan eceng gondok tak terbendung, dan akhirnya dia melepaskan tumbuhan ini ke danau yang awalnya jernih masih perawan. Kurang lebih 10 tahun, tumbuhan ini sudah mengepung sebagian besar permukaan danau Galela, sial bukan?
Perahu telah sampai di lokasi pancingan, tali dari tap (jangkar) sudah diikat di dua sisi perahu, bisa dipastikan perahu tidak akan terbawa oleh arus, kedalaman untuk lokasi tempat saya berada sekitar 20 meter dari permukaan, beberapa alat pancing sudah diturunkan. Selain itu, eceng gondok sesekali menabrak perahu untuk menguji tali jangkar, kadang-kadang saya juga terbawa emosi.
Lima menit berlalu, tak ada tanda-tanda saya mendapatkan ikan. Padahal, beberapa umpan seperti kasbi (ubi batang) sudah saya hamburkan di berbagai sisi perahu, berharap ini adalah sasaran jitu. Ikan rupanya masih menjual mahal, butuh kesabaran lebih untuk menangkap ikan di danau.
Penulis : Risal Sadoki
Editor : A. Achmad Yono
Halaman : 1 2 Selanjutnya