Gamkonora, Halmahera Barat, Kamis, 16 April 2025. Di simpang jalan yang ramai dilewati pengendara, tak sengaja, saya melihat beberapa orang Mahasiswa Pecinta Alam (MAPALA) yang sehabis berkegiatan di gunung Gamkonora. Dengan alat-alat yang lengkap, penampilannya menunjukkan bahwa mereka adalah pendaki yang hebat.
Jika dilihat-lihat, ternyata mereka baru selesai merekrut anggota baru. Saya tidak tahu persis apa istilahnya dalam Mapala. Tapi keren bukan? Mahasiswa yang membagi waktunya ke alam untuk melihat keindahannya dari dalam. Tanpa itu, pastinya mereka bukan di sebut sebagai mahasiswa pecinta alam.
Jalan di kota rupanya masih basah karena sehabis hujan tadi sore. Adi, sapaan akrab seorang mahasiswa yang sayapun tak begitu tahu nama lengkapnya. Sebagai pendaki pemula, Adi penasaran tentang asul-usul Mapala. “Tahukah kamu, siapa yang mendirikan Mapala?” tanya Adi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dengan sebatang kretek di tangan, satu tarikan dalam-dalam. Dengar.! Bicara Mapala, selalu mengundang saya untuk kembali pada sosok demonstran yang satu ini. Soe Hok Gie namanya. Seorang mahasiswa yang terang-terangan memprotes jalannya pemerintahan Orde Lama dan Orde Baru. Bagaimanapun, Soe Hok Gie dan alam memang sulit dipisahkan.
Sejak Gie mendirikan MAPALA bersama kawan-kawannya di Fakultas Sastra UI pada 12 Desember 1964, ia terbilang sering mengorganisir kegiatan pendakian ke sejumlah gunung tinggi di Pulau Jawa. Tentunya hal ini mempunyai alasan tersendiri kenapa Sok Hok Gie lebih memilih menghabiskan waktunya dengan alam.
“Apa Alasannya.?” tanya Adi cepat.
Beberapa waktu lalu, saya sempat membaca catatan-catatan yang dipublikasikan oleh Seri Buku TEMPO, yang memuat “Surat-surat yang tersembunyi dari Gie”, salah satu alasannya kenapa dia memilih naik gunung adalah karena Gie muak dengan iklim politik kampus. Dia jenuh dari konflik antar organisasi kemahasiswaan underbow partai-politik di kampusnya pada 1960-an. Karenanya, dia lebih tertarik berkegiatan di alam bebas daripada menyaksikan kawan-kawannya yang saling memperebutkan kursi kekuasaan.
Penulis : Risal Sadoki
Editor : A. Achmad Yono
Halaman : 1 2 Selanjutnya