Tobelo, Haliyora.
Jembatan di sungai Tiabo diterjang arus sunga hingga patah. Menyebabkan satu satunya jalur penyeberangan sungai Tiabo yang menguhungkan Kecamatan Loloda Utara, Galela Utara menuju Tobelo lumpuh total.
Seperti diketahui luapan dan derasnya air sungai Tiabo selain merusak jembatan juga merendam perkampungan warga, pada Sabtu (16/01/2021).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Putusnya jembatan Tiabo membuat warga terdampak banjir di sejumlah desa di Kecamatan Loloda Utara tak dapat menyebrang ke kota Tobelo.
Tak tahan di lokasi banjir, sebagian warga mulai mencari alternatif untuk menyeberangi sungai walau arusnya masih deras.
Memanfaatkan kondisi tersebut, warga desa Ngidiho, kecamatan Galela Barat membuat rakit penyeberangan. Namun setiap warga yang menyeberang dikenakan tarif penyeberangan. Dipatok Rp 10.000 per kepala, sementara kendaraan roda dua dikenai biaya Rp 20.000 per kendaraan. “Jadi kalau bawa motor, maka dihitung Rp 30,000 untuk satu orang,” kata Ria salah satu Warga Desa Lalonga kepada Haliyora, sabtu (18/1/2021).
Meski harus mengeluarkan anggaran, namun Ria merasa bersyukur karena bisa melewati sungai menuju Tobelo. “Walaupun tong bayar tapi tong bersyukur biasa selamat menyeberangi sungai ke Tobelo,” imbuhnya.
Terpisah, Kepala Desa Ngidiho, Kecamatan Galela Barat Kamal Abdullah, mengatakan dirinya sudah berupaya keras melarang warga Loloda Utara agar jangan dulu menyeberangi sungai Tiabo yang lebarnya sekitar 70 meter, karena arus sunga masih kencang, tetapi warga mendesak untuk menyebrangi sungai itu.
“Jadi karena mereka tetap ngotot mau menyebrang, akhirnya sejumlah pemuda di desa Ngidiho ini buat rakit agar warga Loloda itu bisa menyebrang. Tapi saya tekankan agar tidak patok biaya penyebrangan menggunakan rakit. Namun belakangan saya dengar dipatok bayaran per kepala Rp 10.000 dan kalau motor Rp 20.000 untuk menarik rakit di tengah arus sungai yang resiko,” jelasnya.
Sementara, Saiful, warga desa Lalongo megatakan, karena akses ke Tobelo lewat jalan darat terputus maka sebagian warga Loloda Utara dan Galela Utara menempuh perjalanan menuju tebelo melalui jalur laut. “Warga lain iko jalan darat dengan menyewa rakit untuk menyebrangi sungai, tapi sebagian warga lewat laut menuju tobelo dengan menggunakan bodi bermesin 25 PK,” ujarnya. (Fik-1)