Ternate, Maluku Utara – Di balik deru kendaraan di pusat kota, terdapat sebuah ruangan yang tak lebih besar dari aula sekolah dasar. Di sanalah buku-buku berdesakan dengan tumpukan dokumen, dan anak-anak yang haus ilmu duduk bersisian dengan pegawai negeri yang mencoba bekerja di antara suara ketikan dan kesibukan perkantoran. Ruangan itu bukan ruang belajar, bukan pula tempat yang memberi kehangatan intelektual. Itu adalah kantor.
Perpustakaan Daerah Kota Ternate masih hidup menumpang di gedung Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispersip). Tanpa gedung sendiri, tanpa ruang khusus anak, tanpa musala, dan tanpa tempat parkir yang layak. Seakan-akan, buku dan ilmu tak lagi dianggap penting dalam arsitektur peradaban kota ini.
“Perpustakaan ini kan gabung dengan gedung kantor. Di mana-mana, layanan perpustakaan itu tersendiri, tidak gabung dengan kantor. Kita juga harus menyesuaikan dengan tempatnya, ini terlalu kecil. Makanya harus dibuat layanan perpustakaan tersendiri,” lirih Safia M. Nur, Kepala Dispersip Kota Ternate, Selasa (3/6/2025) lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Halaman : 1 2 3 4 Selanjutnya