Tsunami tahun 1998 di Sula memakan korban kurang lebih 38 jiwa sehingga masyarakat Sula perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya ini
H Saleh Marasabessy (Wakil Bupati Kepulauan Sula)
Sanana, Maluku Utara- Warga Desa Fagudu dan Desa Mangon di Kecamatan Sanana, Kabupaten Kepulauan Sula dilibatkan dalam kegiatan Sekolah Lapangan Bumi yang diselenggarakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Selasa (7/3/2023).
Deputi Bidang Geofisika BMKG RI, Dr Suko Prayitno Adi MSi menyampaikan, trend frekuensi kejadian gempa bumi yang meningkat serta mekanisme pembangkitan tsunami yang semakin kompleks, maka perlu dilaksanakannya penguatan dan pengembangan edukasi kesiapsiagaan dan respon menghadapi gempa bumi dan tsunami di Indonesia.
Menurut Suko Prayitno, sesungguhnya resiko bencana tersebut bisa dikurangi apabila pihak terkait secara terencana dan terukur melakukan upaya mitigasi yang melibatkan semua pihak termasuk masyarakat.
“Provinsi Maluku Utara pada umumnya dan Kabupaten Kepulauan Sula pada khususnya merupakan salah satu wilayah yang rawan gempa bumi dan tsunami. Gempa bumi yang terjadi di wilayah Kepulauan Sula dipicu oleh keberadaan aktivitas sesar Sula, sesar Mangole dan sesar Taliabu. Gempa bumi Taliabu pada 29 November 1998, kemudian gempa bumi Sanana pada 18 Januari 1975, dan gempa bumi Sula pada 25 Januari 1965 merupakan gempa bumi yang membangkitkan tsunami dan mengakibatkan kerusakan infrastruktur di barat Maluku Utara dalam kurun waktu 60 tahun terakhir,” katanya mengingatkan
Dengan latar sejarah gempa bumi ini, Suko mengingatkan kepada semua pihak untuk dijadikan sebagai alarm (pengingat) khususnya masyarakat pesisir di Kabupaten Kepulauan Sulam. Hal ini sangat penting dilakukan agar seluruh komponen pemerintah dan warga selalu mewaspadai terhadap kemungkinan bencana gempa bumi dan tsunami yang dapat terjadi secara tiba-tiba.
Halaman : 1 2 Selanjutnya