Ternate, Haliyora
Seorang pemimpin tidak harus berpikir linear, karena tipe pemimpin dengan cara berpikir seperti itu maka daerah tersebut akan terlambat berkembang. Dia harus out of the box, keluar dari sistem biasa. Sebab sistem yang ada tidak lagi cukup ‘mengakomodasi’ kepentingan masyarakat. Inilah yang disampaikan Calon Walikota Ternate, Mohammad Yamin Tawary, kepada media belum lama ini.
Politisi kawakan ini menuturkan, Ternate yang relatif sudah lebih maju dibandingkan kabupaten kota di Maluku Utara (Malut), pemimpinnya harus berani membuat terobosan baru. Sehingga kota yang kaya akan sejarah dimasa lampau ini, mampu bersaing dengan kota-kota di Provinsi lain.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kota ini tidak bisa lagi disejajarkan dengan kabupaten kota di Malut. Tapi harus berani bersaing dengan kota-kota lain. Dan itu hanya bisa terwujud, jika pemimpinnya mampu menerobos jangkauan ke depan, berfikir out of the box,” tandasnya.
Mantan anggota DPR RI ini, menyampaikan, jika langkah ikhtiar pencalonan ini dirahmati Allah SWT untuk memimpin Kota Ternate, maka Pasangan Yamin-ADA, bertekad mendesain kota ini dengan berbagai program yang memiliki lompatan diberbagai bidang, tanpa harus mengabaikan identitas kultur budaya, sebagai kota kesultanan.
Yamin menyampaikan, beberapa program yang telah disiapkan kedepannya adalah, Dibidang Pendidikan, memastikan tidak ada pungutan sedikitpun dari sekolah kepada orang tua.
“Kami sebut sebagai pendidikan gratis, bukan hanya SPP yang digratiskan. Tapi kebutuhan-kebutuhan lain di sekolah harus ditanggung pemerintah. Sehingga tidak ada beban orang tua terhadap anak ketika diantarkan ke sekolah,” terangnya.
Tidak hanya itu, dengan tuntutan perkembangan teknologi yang begini pesat. Generasi harus benar-benar disiapkan untuk mampu bersaing. Terutama dalam sisi penguasaan bahasa, tiga bahasa yang menjadi penting untuk disiapkan. Yakni bahasa Inggris, Bahasa Arab dan Bahasa China. Kenapa China, karena china saat ini telah menguasai ekonomi dunia.
“Akan ada program kampung bahasa, khusunya tiga bahasa tersebut,” jelasnya.
Dibidang pemberdayaan ekonomi, Kedepannya kata dia, masyarakat tidak sekadar diberi bantuan untuk melaksanakan kegiatan usahanya. Tapi pemerintah harus memastikan, apa usaha setiap orang, bagaimana produktfitasnya dan bagaimana memasarkannya. Karena itu, birokrasi tidak sekadar menjalankan rutinitas administrasi demi pertanggungjawaban BPK. Tapi juga punya visi entrepreneurship.
“Fungsi intrepreneurship ini penting agar pemerintah bisa membantu warganya. Terutama mengembangkan usaha yang diguluti,” tambahnya.
Dibidang Kesenian, lanjut Yamin, harus mendapatkan perhatian yang cukup. Sebab Ternate sebagai rumah besar. Menghimpun semua etnis dengan berbagai latar belakang. Sehingga kaya akan nilai seni budaya.
“Kita punya tarian soya-soya, kita punya togal, gala dan masih banyak lagi. Tapi hanya menjadi penari disetiap acara serimoni. Tidak mampu ditampilkan dalam forum Nasional bahkan internasional. Kita punya generasi yang punya talenta dibidang tarik suara. Tapi luput dari perhatian, tengok Maluku induk provinsi kita. Berani menunjukan identitasnya sebagai kota musik, karena pemerintahnya punya perhatian yang cukup dibidang seni budaya. Karena itu, kita akan siapkan gedung khusus untuk seni budaya dan kreativitas,” jelasnya.
Dibidang kesehatan dan olahraga, Pasangan Yamin-Ada punya terobosan yang berbeda. Pusat Olahraga akan dipustkan di wilayah Utara. Karena itu, Stadion kedepannya akan dibangun dengan fasilitas yang lebih memadai. Tidak hanya bola saja, tapi berbagai cabang olahraga ada didalamnya. Kenapa harus di utara, kata Yamin, Karena harus menggerakan ekonomi, yang selama ini hanya tertumpu pada wilayah tengah.
“Sementara dibidang kesehatan akan dibangun rumah sakit di wilayah selatan. Agar terjadi percepatan pengembangan pembangunan di wilayah selatan. Maka beban ekonomi tidak hanya menumpuk satu tempat, tapi merata baik Utara, Selatan dan juga Pulau,” tuturnya.
Dari sisi pendapatan daerah. Lanjut Yamin, sebagai kota yang mengandalkan pendapatan sektor jasa dan perdagangan. pemerintah harus punya terobosan baru dibidang teknologi. Dengan begitu, PAD yang ditarik petugas, dipastikan tidak harus lari ke kantong pribadi, tapi semua tersistem dan dikontrol. Baik dari sektor pajak maupun retribusi.
“Pemerintah lama-lama krisis kepercayaan, Kalau PAD masih terus bocor. Lebih dari itu, kepala daerah harus punya kemapuan lobi di Jakarta. Sehingga porsi yang didapatkan tidak sekadar yang ditentukan pejabat pusat, tanpa mengetahui kondisi ril di lapangan. Apalagi Ternate adalah kota Kepulauan, yang memang berbeda dengan kota-kota lain. Tentu pembangunannya tidak harus disamakan dengan kota yang bukan kepulauan,” terangnya.
Yamin juga menyebut beberapa program pemberdayaan ekonomi dan UMKM yang akan menjadi prioritasnya. (Red)