LABUHA –Haliyora.com
Kepala Desa Toin Kecamatan Botanglomang Efendi Salatudin mengaku terbawa emosi saat melakukan sikap tidak terpuji kepada Surtini yang berujung dirinya dipolisikan.
Efendi mengisahkan, Jumat (28/2) siang tadi, Awal mula kejadian tersebut saat beberapa warga desa Toin menolak adanya pergantian kepala sekolah (Kepsek) SD di Desa Toin oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud).
Beberapa warga itu akhirnya melakukan aksi penolakan sampai pada pemalangan sekolah sebagai sikap tidak setuju keberadaan Muhammad Husen Kepala Sekolah SD Desa Toin yang baru menggantikan Yusup Samad yang sudah menjabat Kepsek SD Toin selama 12 Tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“karena penolakan warga itu, saya sebagai Kades ambil langkah untuk mengamankan Kepsek baru (Muhammad), akhirnya saya dituduh membela Kepsek itu,” tutur Efendi saat diwawancarai.
Akibat hal itu, Efendi mengaku sempat dimaki-maki oleh beberapa warga yang juga termasuk Ibu Surtini, bahkan sempat dibilang PKI oleh kelompok warga desa yang menolak keberadaan Kepsek baru.
Tak sampai disitu, Efendi dituduh menggunakan polisi untuk menangkap para warga yang terlibat aksi penolakan kepsek baru.
“padahal saya bermaksud ke Labuha untuk temui Ibu Kadis Pendidikan tapi karena tidak ketemu akhirnya saya yang saat itu bersama Babinsa Desa Toin langsung melapor ke Polsek Bacan dengan maksud meminta bantu polisi agar membuka kembali sekolah yang dorang palang, karena besoknya itu anak-anak SD mau ujian Nasional, Pada bulan kemarin,” kata Efendi kepada Haliyora.Com
Berawal dari rentetan kejadian tersebut, pada 19 Januari 2020, terjadi terjadi adu mulut antara Efendi dan kelompok warga itu. Efendi mengaku sudah tidak tahan lagi ulah mereka yang terus mengacaukan Desa dengan aksi penolakan Kepsek. Hal ini karena pada hari itu, sekelompok warga itu mendatangi sekolah untuk membubarkan para murid saat proses belajar mengajar sedang berlangsung.
“dorang suruh murid-murid pulang, padahal masih proses belajar mengajar. Ini membuat saya sudah tidak bisa tahan emosi, akhirnya saya datangi dorang yang saat itu sudah tidak berada di sekolah dan akhirnya terjadi adu mulut, sampai saya bisa melakukan sikap kasar ke Ibu Surtini,”ungkapnya.
Namun Efendi mengatakan, bahwa dirinya tidak berniat menganiaya Surtini atas tindakannya, itu terjadi karena emosi sesaat yang tidak terkontrol.
Efendi juga membantah kalau disebut memukul ataupun menonjok Surtini sampai bengkak atau tergores dibagian wajah. Dia mengaku hanya menampar dengan gerakan tangan sangat pelan sekali dan tidak mungkin sampai terjadi luka goresan.
“saya mengaku hal itu karena saya terlalu emosi, tapi saya tidak bermaksud menganiaya dia (Surtini), dan saya juga tara pukul atau tonjok sampe dia luka di muka itu,”akunya.
Atas peristiwa itu Efendi mengaku menyesal dan meminta agar warganya tidak lagi memperpanjang masalah tersebut sampai ke pihak penegak hukum. Dia menginginkan agar bisa diselesaikan secara kekeluargaan, karena mengaku masih ada ikatan saudara dengan Surtini. (liken)