Ia memaparkan, potensi pertanian dan nelayan masih dibeli dengan harga yang cukup rendah sehingga berdampak buruk terhadap perputaran ekonomi yang belum mengikuti harga pasar. “Harga pasar tidak berlaku di Taliabu secara langsung, hal itu justru dilaksanakan di daerah Luwuk atau di Kendari sebagai daerah penerima hasil alam dari Taliabu. Sehingga petani dan nelayan di Taliabu walaupun harga pasar tinggi, mereka tidak sejahtera karena harga yang dibeli tidak sesuai dengan harga pasar,” bebernya.
Putri sulung Tokoh Pemekaran Kabupaten Pulau Taliabu, yakni Ahmad Hidayat Mus (AHM) ini menilai perlu adanya intervensi pemerintah atas kegagalan terhadap harga pasar dengan memprioritaskan peningkatan daya beli.
“Bukan cuma daya beli di pasar, tetapi juga daya beli para petani dan nelayan. daya beli alat, daya beli pupuk. Hal-hal yang memang dibutuhkan untuk memastikan bahwa produktivitas dan kualitas para petani bisa dijaga,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Bagi Sasha, jika produktivitas menurun, maka pasar tidak akan tertarik melihat ketidak pastian. Sehingga penting untuk tawarkan kepastian hukum, kepastian bisnis supaya pasar itu bisa terbuka. “Saya berharap dengan program SAYA TALIABU dibidang pertanian dan nelayan, Taliabu bisa berubah pertahunnya untuk ekonomi. Kalau ada yang menjanjikan 5 persen bahkan negara ini pun kesulitan apalagi Taliabu yang masih termasuk dalam golongan daerah 3T alias daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar,” tegasnya.
Sasha juga menawarkan kepastian keberlanjutan ekonomi masyarakat seluas-luasnya, salah satunya adalah memprioritaskan pembangunan jalan tani yang bersumber dari APBD. (RHM/Red1)