Ternate, Maluku Utara – Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Baabullah Ternate memantau perkembangan musim hujan tahun 2021 hingga awal Februari 2022 menunjukkan seluruh wilayah Maluku Utara telah memasuki musim hujan.
Sebagaimana disampaikan Koordinator BMKG Maluku Utara, Djoko Sumardiono, bahwa hingga pertengahan Februari 2022, pemantauan terhadap anomali iklim global di Samudera Pasifik Ekuator menunjukkan La Nina masih berlangsung. Indeks ENSO (El Nino-Southern Oscillation) menunjukkan wilayah Pasifik tengah dalam kondisi La Nina (indeks Nino 3.4 = -0,8). Kondisi ENSO fase dingin ini (La Nina) diprediksi akan terus melemah dan beralih menuju netral pada periode Maret-April-Mei 2022. Prediksi ini akan diperbarui setiap dasarian.
Dikatakan, kedatangan musim kemarau umumnya berkait erat dengan peralihan angin baratan (Monsun Asia) menjadi angin timuran (Monsun Australia). Hingga Februari 2022, aliran angin Monsun Asia masih cukup kuat sesuai dengan normalnya dan diperkirakan masih berlangsung hingga Maret 2022.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Baabullah Ternate memprediksi peralihan angin monsun terjadi seiring aktifnya Monsun Australia pada akhir April 2022 dan mulai mendominasi wilayah Maluku Utara pada bulan Mei hingga Agustus 2022,” kata Djoko, Kamis (14/4/2022).
Djoko menyebutkan, dari dua Zona Musim (ZOM) di Maluku Utara, yaitu Zona Musim 328 dan 329 secara umum akan memasuki musim kemarau pada Agustus 2022. Berdasarkan prediksi secara perwilayahan kabupaten dan kota bahwa awal musim kemarau akan dimulai pada Juli dasarian III di Kabupaten Morotai, pada Agustus dasarian I di wilayah Kota Ternate dan Kabupaten Taliabu, pada Agustus dasarian II di wilayah Kota Tidore Kepulauan, Kabupaten Halmahera Barat dan Halmahera Utara, sedangkan pada September dasarian II di Kabupaten Halmahera Tengah dan Halmahera Timur.
“Jika dibandingkan terhadap rerata klimatologis awal musim kemarau (periode 1991-2020), maka awal musim kemarau 2022 di Maluku Utara diperkirakan mundur pada lima kabupaten dan kota, yakni Ternate, Halmahera Barat, Taliabu, Halmahera Utara dan Morotai, sama pada dua kabupaten dan kota, yakni Tidore Kepulauan dan Halmahera Timur dan maju pada satu kabupaten yakni Halmahera Tengah,” ucapnya.
Meski begitu, sambung Djoko, apabila dibandingkan rerata klimatologis akumulasi curah hujan musim kemarau (periode 1991-2020), maka secara umum kondisi musim kemarau 2022 diperkirakan normal di wilayah Maluku Utara bagian utara dan di bawah normal di Maluku Utara bagian selatan.
“Musim Kemarau pada tahun 2022 akan datang lebih lambat dibandingkan normalnya dengan intensitas yang mirip dengan kondisi musim kemarau biasanya,” sebutnya
Djoko berharap pemerintah daerah dan stakeholder serta masyarakat dapat memanfaatkan dan memaksimalkan proses tanam dengan mundurnya awal musim kemarau dari normalnya. Juga perlu meningkatkan kewaspadaan serta antisipasi dini untuk wilayah-wilayah yang diprediksi akan mengalami musim kemarau lebih kering dari normalnya, seperti Kabupaten Pulau Taliabu.
“Para petani dan nelayan sebaiknya bergabung melalui program Pandu Tani dan Ganesa Camar guna mendapatkan pendampingan info iklim dan cuaca maritim,” pungkasnya. (Arul-1)