Ternate, Haliyora
Calon Walikota Ternate Nomor urut 4 Hi. Mohammad Yamin Tawary atau sering disapa YT berjanji akan mengutamakan kepentingan rakyat banyak dari mereklamasi sejumlah pantai.
Tokoh yang menguasai beberapa bahasa daerah Maluku Utara terutama bahasa Makian dan Ternate itu, mengaku mendapati banyak keluhan masyarakat, terutama mereka yang susah payah dan mengorbankan sebagian besar harta miliknya untuk menyekolahkan anak dengan harapan kelak mendapat pekerjaan yang layak untuk meningkatkan taraf hidup namun harus kecewa lantaran ada ketimpangan pembangunan di Kota beradat itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Ketika saya blusukan ke sejumlah kelurahan, saya dan pak wakil Abdullah Tahir mendapati banyak keluhan warga, terutama para orang tua yang telah menjual sebagian harta milik mereka untuk menyekolahkan anak-anaknya keperguruan tinggi dengan harapan kelak dapat bekerja dengan baik, namun mereka kembali mengelus dada ketika anaknya mengantongi ijazah sarjana tak kunjng memperoleh pekerjaan yang layak, sementara sebagian modal mereka habis untuk menyekolahkan anak. Itu karena pemerintah tidak peka melihat kebutuhan dan harapan raknyat serta tidak mampu menghadirkan solusi yang tepat untuk menjawab kebutuhan rakyat. Pemerintah Kota Ternate hanya mementingkan urusan proyek yang ujung-ujungnya hanya dinikmati segelintir orang, seperti reklamasi pantai yang menghabiskan uang daerah ratusan milyar dalam beberapa tahun belakangan ini, sementara rakyatnya hidup tanpa kepastian masa depannya. Maka jika saya dan pak Dula pimpin Ternate ini, kami akan utamakan kepentingan warga banyak dari reklamasi pantai,” tandasnya.
Hal itu ditegaskan Yamin saat menyampaikan orasi politik pada kampanye di kelurahan Jambula, Selasa malam (01/12).
Lanjut Yamin, dirinya dan Abdullah Tahir bukan tidak setuju dengan reklamasi, tetapi lebih melihat urgensi dan prioritas pembangunan. Bagi Yamin, Kebutuhan Rakyat banyak atas pekerjaan untuk hidup layak lebih utama ketimbang proyek raksasa dengan anggaran ratusan milyar itu.
“Makanya, kalau saya walikota, kemudian misalnya ada doi 400 milyar, maka saya bagi dua, separuh untuk reklamasi, perbaiki pasar dan lain dan separuhnya saya gunakan untuk bantu masyarakat bangun usaha. Tetapi kalu doi hanya 200 milyar, maka saya hentikan reklamasi, semua doi itu saya gunakan untuk bantu masyarakat bikin usaha, supaya warga punya pekerjaan dan penghasilan. Dengan demikian mereka punya masa depan ekonomi yang pasti,” terangnya.
Menyinggung soal proyek, Yamin mengatakan ada ketidakadilan dalam distribusi pekerjaan proyek pemerintah di Kota Ternate. Ia menilai, disitribusi proyek hanya berputar di sebagian kecil kontraktor yang dekat dengan penguasa. Sementara kontraktor kecil hanya berada di pinggaran sambil gigit jari menyaksikan pembagian kue proyek.
“Ini harus dihentikan, karena praktek semacam ini mengarah kepada proses pemiskinan dan memelihara nepotisme dan bakal melahirkan dendam penguasa berikutnya. Saya ini punya orang tua tidak kerja proyek, adik-adik saya, anak-anak saya juga tidak berprofesi kontraktor. Jadi jangan khawatir akan saya bagi-bagi proyek kepada keluarga kalau jadi walikota. Sebab selain keluarga tidak berprofesi kontraktor, saya juga sangat anti ketidakadilan pembagian jatah proyek. Saya pastikan, kalau saya walikota, semua kontraktor dapat jatah, baik kontraktor kecil maupun besar,” tegasnya.
Pun demikian posisi dalam birokrasi pemerintahan. Bagi Yamin, Ternate adalah rumah besar untuk semua golongan dan etnis. Maka dalam rekrutmen jabatan harus semua terakomodasi.
“Soal posisi atau jabatan pemerintah, saya dan pak Dula punya komitmen untuk mengakomudir seluruh golongan, tanpa membedakan satu dan yang lain. Namun demikian, demi keadilan, saya sudah sering sampaikan bahwa orang Ternate itu tuan rumah di rumah besar Ternate yang selama ini rasa-rasanya tidak mendapat porsi yng memadai dalam pemerintahan. Maka kalau saya deng pak Dula pimpin Ternate kita kasi porsi yang wajar kepada orang Ternate asli sebagai tuan rumah ini,” pungkasnya. (Red)