Ternate, Maluku Utara- Sebanyak 34 orang peserta tenaga kesehatan dari 11 Puskesmas yang tersebar di Kota Ternate mengikuti kegiatan orientasi integrasi pelayanan kesehatan primer, di Hotel Grand Majang, Selasa (08/10/2024).
Mereka yang mengikuti kegiatan ini terdiri dari Dokter 6 orang, Bidan 8 orang, Perawat 13 orang, Promkes 1 orang, Epidemiologi 2 orang, Gizi 1 orang, Kesehatan Lingkungan 1 orang dan Tenaga Farmasi 1 orang dengan Narasumber dan Fasilitator dari Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara dan Dinas Kesehatan Kota Ternate.
Kepala Bidang SDK Dinas Kesehatan Kota Ternate, Muh Asri mengatakan, bahwa Kementerian Kesehatan telah menjalankan Transformasi Sistem Kesehatan Indonesia melalui enam pilar transformasi kesehatan, salah satu pilar utama yaitu transformasi layanan primer yang dijalankan untuk mengatasi berbagai tantangan dalam pencapaian Indikator Kesehatan Nasional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Transformasi Layanan Primer difokuskan untuk meningkatkan layanan promotif dan preventif, seperti memperkuat upaya pencegahan, deteksi dini, promosi kesehatan, membangun infrastruktur, melengkapi sarana, prasarana, SDM, serta memperkuat manajemen di seluruh layanan primer di tanah air.
“Perubahan mendasar pada transformasi layanan kesehatan primer terletak pada desain layanan yang difokuskan pada kelompok sasaran (people center) yang diberikan sampai tingkat RT dan keluarga,” kata Asri.
Dikatakan, desain ini memberikan paket layanan untuk masing-masing siklus hidup, diberbagai tingkatan layanan kesehatan yang ada di Puskesmas, baik pelayanan di dalam gedung maupun luar gedung. Pelayanan yang semula berbasis program akan berubah menjadi berbasis siklus kehidupan sebagai platform integrasi layanan kesehatan.
“Secara umum pelayanan di Puskesmas akan terbagi menjadi 4 klaster yaitu klaster manajemen, klaster pelayanan ibu hamil dan anak, klaster pelayanan kesehatan usia dewasa, dan lanjut usia, klaster penanggulangan penyakit menular,” ucapnya.
Menurut Asri, perubahan ini akan mendekatkan layanan kesehatan melalui jejaring hingga tingkat Kelurahan. Pada level Kelurahan akan dirancang melalui Puskesmas Pembantu (Pustu) yang memiliki jejaring, berupa kegiatan layanan kesehatan dalam bentuk kegiatan Posyandu di tingkat RT.
“Tentunya hal tersebut harus didukung dengan sumber daya manusia (SDM) tenaga kesehatan yang sudah terampil dan terlatih,” ujarnya.
Olehnya itu, dalam rangka pelaksanaan ILP di Kota Ternate diperlukan pembekalan pengetahuan dan kemampuan serta penguatan peran tentang integrasi layanan primer, sehingga dengan adanya pertemuan ini kiranya Dinas Kesehatan dan Puskesmas dapat menerapkan ILP secara bertahap sesuai ketersediaan sumber daya yang ada.
“Kelurahan yang tidak memiliki Pustu, untuk sementara dapat menunjuk tenaga kesehatan di Puskesmas untuk menjalankan fungsi Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) bersama 2 orang kader. Sedangkan untuk Dinas Kesehatan dapat melakukan pendampingan serta monitoring evaluasi secara berkala untuk memantau pelaksanaan ILP agar berjalan secara optimal,” pungkasnya. (Rul/Adv)