Ternate, Maluku Utara- Sejumlah wanita dari Bidang Pembardayaan Perempuan Gerakan Mahasisawa Kristen Indonasesia (GMKI) Cabang Ternate memperingati hari Perempuan Internasional (Women’s Day).
Momen tersebut diperingati dalam bentuk unjuk rasa yang mereka sebut ‘Refleksi Peringatan Women’s Day tahun 2022’ yang digelar di depan Kantor Walikota Ternate, Jum’at (11/03/2022).
Sebagaimana disampaikan koordinator aksi, Meiyke, bahwa unjuk rasa dilakukan sebagai refleksi Peringatan Hari Perempuan Internasinal dengan tujuan mengkampanyekan Break The Bias yang beemakna ‘Kesetaraan Gender’
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Pemperingati Hari Perempuan Internasional tahun 2022 ini mengampanyekan Break The Bias. Break The Bias tersebut bermakna meningkatkan kesadaran terhadap bias dunia untuk kesetaraan gender,” ujarnya.
Makna ini, sambung Meyke, juga terkait dengan dunia yang terbebas dari bias, stereotip dan diskriminasi, dunia yang beragam, adil, dan inklusif serta menghargai perbedaan. “Maka Break The Bias dijadikan sebagai tema kampanye agar diusung, karena secara sengaja atau tanpa disadari, bias membuat perempuan sulit untuk maju,” ungkapnya.
Menurut Meyke, di Maluku Utara masih marak terjadi kasus kekerasan terhadap perempuan.
Ia menyebut data SIMFONI-PPA sejak 1 Januari 2021 hingga 10 November 2021, terdapat sebanyak 121 kasus kekerasan perempuan dan anak.
“Ini bersumber dari pemahaman yang salah atau bias gender terhadap kedudukan perempuan yang dianggap sebagai masyarakat kelas dua atau di bawah dominasi kaki-laki,” kata Meiyke saat ditemui Haliyora, Jum’at sore (11/03/2022).
Sambung Meyke, Bidang Pemberdayaan Perempuan GMKI Cabang Ternate menilai kekerasan serta diskriminasi masih terjadi karena adanya hegemoni budaya patriarki atau dominasi kaum laki-laki atas perempuan.
“Patriarki sudah menjadi kultur masyarakat sehingga tidak heran jika banyak sekali kasus kekerasan yang terjadi di Maluku utara,” ujarnya.
Menurut Meiyke, upaya-upaya untuk menghapus berbagai pandangan yang merugikan perempuan harus terus didengungkan. Pembagian peran yang setara antara laki laki dan perempuan bisa diimplementasikan mulai dari lingkup terkecil di masyarakat yakni keluarga, sehingga lambat laun membudaya ke masyarakat luas.
“Kita menolak segala bentuk hegemoni budaya patriarki yang telah mendiskreditkan perempuan baik privat maupun publik,” ucap Meiyke.
Ia menambahkan, Bidang Pemberdayaan Peremuan GMKI mendukung dinas P3A Kota Ternate dalam mengedukasi pemikiran bias gender yang dilakukan dalam lingkungan keluarga maupun kelompok tertentu.
“Kita tetap mendorong korban kekerasan berani menyuarakan kepada pihak berwajib serta semua masyarakat untuk mencegah kasus kekerasan terhadap perempuan,” pungkasnya. (Arul-1)