Haliyora.id, Jakarta – Perbedaan penentuan awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha merupakan diskursus yang sudah berjalan puluhan tahun. Perbedaan ini turut mewarnai khazanah Islam di Indonesia dengan metode dan kriteria keilmuan yang masing-masing pihak sodorkan.
Tak jarang ketegangan, beban psikologis atas dikotomi yang terjadi, menimbulkan riak-riak kecil.
Perbedaan ini umumnya terjadi antara ormas Muhammadiyah dan pemerintah bersama sebagian besar ormas Islam lain. Seperti Ramadhan 2024, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah mengawali bulan suci umat Islam ini sehari lebih awal dibanding kalender pemerintah yang beredar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pada 12 Januari 2024, PP Muhammadiyah sudah mengumumkan awal Ramadhan jatuh pada Senin, 11 Maret 2024.
Sementara itu, pemerintah baru meresmikan awal Ramadhan 1445 Hijriah jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024 melalui sidang Isbat yang dipimpin Kementerian Agama. Penetapan ini berbeda dengan ketetapan Muhammadiyah, sehingga ada sebagian umat Islam di Indonesia yang melaksanakan ibadah puasa lebih awal.
Pemerintah menetapkan awal bulan dengan menunggu hasil rukyat atau pengamatan hilal. Hasil rukyat menjadi acuan bagi pemerintah melaksanakan sidang penentuan Ramadhan. Hilal sendiri merupakan sabit sangat tipis selaksa benang cahaya dengan bagian bulan yang terang kurang dari 1 persen. Tidak mudah mengamatinya, karena kecerahan langit dapat mempengaruhi hasil pengamatan.
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya