Ternate, Maluku Utara- Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Ternate melakukan rapat koordinasi dengan sejumlah pihak terkait di Kantor Wali Kota Ternate, Selasa (22/03/2022).
Rakor tersebut dilakukan untuk mengendalikan laju inflasi serta memastikan ketersediaan bahan pokok dan harganya terjangkau dalam bulan Ramadhan sampai Idul Fitri 1443 H nanti.
Itu disampaikan Ketua TPID Kota Ternate Jusuf Sunya kepada Haliyora usai rakor.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Rakor ini tujuannya untuk membangun koordinasi, sinergitas dalam rangka mengendalikan laju inflasi dan memastikan ketersedian bahan pokok serta harga jelang ramadhan dan hari besar keagamaan nasional idul fitri 1443 Hijriah, karena kelangkaan minyak goreng secara nasional beberapa waktu terakhir menjadi catatan kita,” terang Jusuf.
Jusuf menjelaskan, inflasi merupakan salah satu indikator ekonomi yang berdampak pada capaian selama tiga bulan. “Kita berharap dengan mengendalikan laju inflasi dapat mendorong pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat,” ungkapnya.
Kata Jusuf, ada tiga hal yang harus dilakukan TPID yakni mendukung pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19, menjaga ketersediaan pasokan bahan pokok dan kestabilan harga.
“Kita akan berupaya sehingga sektor pertanian dapat memberikan kontribusi besar dalam rangka menggerakkan ekonomi masyarakat, selain mendorong pengembangan UMKM berbasis digital yang diharapkan dapat memicu pertumbuhan ekonomi di Kota Ternate,” terangnya.
Sementara, Kepala Perwakilan Bank Indonesia, R. Eko A. Irianto, usai rakor tersebut mengatakan, rapat TPID dilakukan karena setiap perayaan hari besar keagamaan selalu terjadi inflasi yang signifikan pada berbagai komoditas, hal ini mempengaruhi daya beli masyarakat sehingga harus dikendalikan.
“Untuk itu harus menyatukan langkah dalam mengantisipasi kenaikan harga yang mungkin terjadi pada periode April sampai lebaran nanti,” ungkapnya.
Dikatakan, sesuai data Bank Indonesia, ada sejumlah komoditi tertentu yang kerap mengalami kenaikan harga cukup tinggi saat hari besar, seperti tomat, rica, dan ikan. Selain itu, di bidang jasa trasportasi juga sering dinaikkan ongkosnya seperti tiket pesawat maupun kapal laut.
“Jadi khusus untuk komodoti seperti tomat, rica dan ikan ini harus dikontrol pasokannya ke pasar serta harga kosumennya. Jadi menurut saya harus terus dilakukan pemantauan dan operasi pasar secara rutin oleh TPID dan Pemkot Ternate untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga,” ujarnya.
Eko juga menyebut ada dua komoditi yang harganya fluktuatif, yakni minyak goreng dan terigu yang menurutnya dipengaruhi oleh perkembangan harga komoditas internasional.
“Memang harga internasional sedang naik, bahkan Indonesia juga melakukan ekspor. Kalau terigu diimpor sehingga ada resiko pasokan terhambat saat hari besar nanti. Makanya perlu dimonitor pasokannya. Dalam rapat tadi pihak distributor menyampaikan ada pasokan yang akan masuk akhir Maret sampai April, tapi ada juga pasokannya kosong. Itu yang akan kita update,” pungkasnya.
Sementara, Data BPS Kota Ternate menyebutkan, selama tahun 2021, terjadi inflasi dalam delapan bulan dan deflasi dalam 4 bulan.
Inflasi tertinggi terjadi pada Desember sebesar 1,03 persen dan deflasi tertinggi terjadi pada Agustus sebesar 0,61 persen. Kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau memberikan andil terbesar pada inflasi/deflasi sebanyak 9 bulan.
Beberapa komoditas yang dominan juga disebut mengalami kenaikan/penurunan harga, yakni pada kelompok pengeluaran makanan, minuman, tembakau, ikan segar, cabai rawit, cabai merah, tomat, dan minyak goreng pada tiga bulan terakhir.
Sedangkan kelompok pengeluaran transportasi memberikan andil terbesar pada inflasi/deflasi sebanyak 3 bulan.
Komoditas yang dominan mengalami kenaikan/penurunan harga pada kelompok pengeluaran transportasi adalah tarif angkutan udara, pada bulan Desember 2021 yang mengalami inflasi sebesar 1,03 persen dan merupakan inflasi tertinggi dalam 3 tahun terakhir (2019-2021).
Menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), yaitu bulan April, Mei, dan Desember, terjadi inflasi masing-masing sebesar 0,25 persen, 0,44 persen, dan 1,03 persen.
BPS menyebutkan, pada Februari dan Oktober, Kota Ternate menempati urutan ketiga inflasi terbesar dari 21 kota di wilayah Pulau Sulawesi, Maluku, dan Papua. Pada bulan Januari, Kota Ternate menempati urutan ketiga deflasi terbesar setelah Kota Bau-Bau dan Manokwari pada 21 kota-kota di wilayah Pulau Sulawesi, Maluku, dan Papua. (Arul-1)