Oleh : Salim Taib
Wakil Ketua Wilayah NU Provinsi Maluku Utara
Raja diatas Raja bertahta di singgasana-Nya, Sang pemilik kerajaan semesta berqalam dalam kitab-kitab samawinya, sejatinya dibaca, direnungi dan dimengerti oleh makhluk ciptaan-Nya betapa universal makna dibalik semua firman, ada makna yang samar, ada makna yang jelas ada makna tersirat, ada makna yang tidak dapat di maknawi ucapan dan kata-kata-Nya, hanya Dialah yang bertutur memahami tuturannya sedangkan kita makhluknya diberikan ilmu pengetahuan melainkan sedikit bagaikan setetes air yang diambil dalam lautan samudra yang luas. Keluasan makna dalam qalamnya begitu luas sedangkan makhluk bagaikan sebutir pasir diatas padang pasir.
Kecakapan makhluk ciptaannya terbatas, dibatasi dengan tabir-tabir, sedangkan di balik tabir hanya Dialah yang memahaminya, kedalaman makna dalam kata serta di balik kata dalam qalam-Nya hanya Dia juala yang memahaminya. Qalam-qalam dalam firman-Nya yang kumaksudkan adalah: Dan Kami berfirman: “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim (QS. Al-Baqarah: 35), qalam-Nya penuh metafor, simbolis tentang satu pohon yang diberi nama dalam bahasa makhluk manusia di bumi Indonesia yakni buah khuldi yang sering kali diartikan sebagai buah larangan yang dimakan oleh Nabi Adam dan Siti Hawa selama di surga. Surga yang diimajinasikan dan dipersepsikan oleh makhluk ciptaan-Nya adalah alam kesenangan, alam kebahagiaan, alam bersantai-santai, alam serba ada, alam penuh dengan sembako, alam kekenyangan, alam bergelimang harta, pokoknya di luar dari alam inverno atau alam kesengsaraan, alam kelaparan, alam kesusahan, alam kemiskinan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Simbolisme alam syurgawi yang menjadi tempat persinggahan manusia pertama di bumi oleh Sang Maha Raja, agar manusia mampu menduplikate pengelolahan jagat bumi dengan hamparan kekayaan yang terkandung di dalamnya karena asal mula yang tercatat dalam kitab untuk menjadi khalifah, penguasa, raja, di altar bumi-Nya, bukan di alam syurgawi-Nya yang dibatasi dengan lampu merah untuk tidak memakan buah pohon larangan yakni khuldi Buah khuldi berasal dari kata “khuld” yang berarti kekal.
Namun, menurut definisi yang dikemukakan para ahli tafsir, buah khuldi banyak didefinisikan menjadi berbagai macam teori. Ada yang beranggapan bahwa buah khuldi merupakan sebuah metafora dan filosofi sejarah terbentuknya populasi umat manusia di muka bumi. Lantas digunakan sebagai pelajaran bagi umat manusia agar tidak mengulangi kesalahan yang dilakukan oleh Nabi Adam dan siti Hawa. Dari kisah itu pula, dijelaskan bahwa manusia merupakan makhluk yang penuh dengan kekurangan dan kesalahan. Sebagaimana firman Allah yang berbunyi: dalam qalam-Nya ini dijelakan wahai Adam! Tinggallah kamu bersama istrimu (Hawa) di dalam surga. Makanlah apa yang ada di dalamnya dengan senang hati dan leluasa, tanpa merasa terganggu. Di mana saja di dalam surga. Tetapi jangan sekali-kali kalian berdua makan dari pohon ini yang terlarang ini, karena (jika memakannya) kalian berdua akan termasuk ke dalam golongan orang-orang yang zalim akibat membangkang perintah-Ku.
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya