Sherly menjelaskan, rencana pembangunan Jalan Trans Kie Raha merupakan solusi realistis untuk menghubungkan Sofifi dengan Bandara Internasional Kobe di Halmahera Tengah yang dibangun oleh PT IWIP.
Menurutnya, pembangunan bandara baru di Sofifi dinilai tidak layak karena letak geografisnya yang terlalu dekat dengan Kota Ternate, jumlah penduduk yang masih sedikit, serta kebutuhan lahan mencapai 300 hektar.
“Dengan adanya Bandara Kobe, Sofifi bisa memiliki akses udara hanya dalam waktu tempuh satu jam. Saat ini jarak normal Sofifi–Kobe mencapai 3,5 jam, tetapi dengan jalan Trans Kieraha hanya 60 kilometer dan bisa ditempuh sekitar satu jam,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sherly menambahkan, konektivitas tersebut akan membuka peluang investasi baru di Sofifi. “Selama ini banyak investor dan kementerian ingin ke Sofifi tapi terkendala transportasi. Dengan akses ke Bandara Kobe, investor bisa langsung masuk, membangun hotel, serta mendukung hilirisasi sektor kelapa, rempah, dan perikanan,” ujarnya.
Selain memperkuat konektivitas, pembangunan ruas Ekor–Kobe disebut akan menghubungkan lumbung pangan Halmahera Timur (Haltim) dengan kawasan industri di Halmahera Tengah (Halteng).
“Hampir 90 ribu pegawai di kawasan industri PT IWIP membutuhkan pasokan pangan besar. Dengan jalan ini, petani dari Haltim bisa mengirim hasil produksinya ke pasar industri di Halteng. Ini mendukung ketahanan pangan daerah,” kata Sherly.
Menanggapi catatan DPRD bahwa proyek belum memiliki dokumen pendukung, Sherly memastikan bahwa studi kelayakan (Feasibility Study/FS) dan Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) sudah disiapkan dan diserahkan kepada Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) serta Badan Anggaran (Banggar) DPRD untuk ditelaah lebih lanjut.
“Jadi, FS dan AMDAL-nya sudah ada dan sudah kami serahkan untuk dipelajari. Semua kritik dan masukan kami terima sebagai bentuk tanggung jawab bersama demi optimalisasi APBD,” ungkapnya.
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya








