Fauji Yusup
(Mahasiswa Pascasarjana Unkhair Ternate)
I s l a m menyebutkan politik dengan istilah Siyasah, maka yang dimaksudkan politik itu adalah untuk mengatur dan mengurus seluruh hajat orang banyak atau masyarakat secara kolektif bangsa dan Negara, otomatis islam sangat menekankan urusan politik bermanfaat dan punya eksistensi Aksiologi (Nilai) yang baik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dinamika dan kontekstual hari ini, terutama di Kabupaten Halmahera Tengah mungkin diantara kita atau sesama masyarakat Halmahera Tengah, masing-masing pendukung di setiap kandidat yang sudah ditetapkan sebagai calon bupati dan wakil bupati, maka corak politik masyarakat pun memainkan berbagai macam peran mulai dari kalimat kebencian, saling menghujat, menyalakan si kandidat A dan seterusnya. Padahal didalam iklim berpolitik kita, bahkan masyarakat sekalipun harus memainkan politik yang baik agar kita semua bahkan khalayak umum bisa terdidik dan teredukasi.
lewat situasi momentum demokrasi ini, pemilihan bupati dan calon bupati yang tinggal beberapa bulan lagi kita semua akan menyerahkan hak politik kita. Dan akan tiba pada, siapa yang akan menang dan siapa yang akan kalah, dan semua rens waktu itu akan berjalan dengan cepat.
Maka, berpolitik adalah satu hal yang disyaratkan di dalam Negara demokrasi, untuk kepentingan kesejahteraan dan kemajuan suatu masyarakat, serta hak politiknya berlangsung dengan baik sesuai hak-hak dasar warganya tercapai secara simultan dan berkelanjutan. Untuk itu momentum pilkada ini, membutuhkan pendalaman analisis dan renungan yang kuat dan matang. Tentu masyarakat Halmahera Tengah punya Hak yang dijamin oleh konstitusi untuk memberikan amatan dan penilaian terhadap pertarungan di antara calon bupati yang sudah muncul ke permukaan.
Penulis juga mengakui bahwa, apa yang disampaikan oleh Machiavelli menjadi seorang pemimpin dan politisi yang cerdas bukanlah hal yang mudah. Pertarungan dan persaingan dalam arena politik membutuhkan strategi yang tepat untuk tetap merebut kemenangan dan kekuasaannya. Tapi menurut penulis, mengedepankan frasa serta rasa para kandidat yang bersaing hari ini, harusnya isi kepala yang kritis dan suguhan gagasan terhadap masyarakat agar masyarakat juga teredukasi agar masyarakat memainkan politik dengan baik dan santun.
Tulisan ini adalah sekedar refleksi situasional berbagai macam problem Halmahera Tengah, dan relasi dinamika pemilihan kepala daerah politik Halmahera tengah. Mulai dari masalah ekologis, masalah sungai, masalah laut yang semakin tercemari, masalah agraria, masalah banjir di desa lingkar tambang yang ada di halteng sampai sejauh ini belum ada langkah langkah yang tepat, untuk perbaikanya, termasuk juga masalah di sektor pertanian.
Bahkan beberapa kandidat yang akan maju di pilkada nanti, sudah mengetahui kondisi konkrit hari ini. Halmaherah Tengah sebuah daerah yang masyarakatnya basis petani adalah rata-rata petani tanaman tahunan yakni petani kelapa, cengkeh, pala, sagu, serta tanaman bulanan hortikultura dan nelayan.
Mulai dari dulu sampai sekarang, ada kebijakan pemerintah Halmahera Tengah seiring berjalanya perkembangan dan kemajuan dan kepentingan politik kekuasaan kedepan, maka ketika PT. Indonesia Weda Bay Industrial Park ( IWIP), menanamkan kaki dan tanganya di bumi Halmahera maka ada gejala patologi sosial dan alam mulai terjadi sampai hari ini. Bahkan polarisasi masyarakat Halmahera tengah lambat laun berubah secara signifikan akibat ganasnya perusahan yang dampak secara serius. Gejala ini muncul karena hilangnya peradaban eksotis hutan hijau Halmahera. Yang ada hanyalah debu, racun, yang siap dihirup oleh masyarakat Halmaherah Tengah terutama daerah desa lingkar tambang.
Persoalan di atas, seringkali diabaikan dan berlarut-larut dalam kebijakan. Lewat kesempatan momentum demokrasi ini, kita bahkan masyarakat harus betul-betul membaca isi kepala para calon kandidat bupati yang akan mengikuti kontestasi pilkada tahun 2024. Tentu narasi politik yang dimainkan oleh beberapa kandidat calon bupati lewat pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak ini. Situasi ini menuntun kita semua agar membaca layar kontestasi panggung ini dengan baik dan kritis agar kita mengetahui siapa yang layak jadi pemimpin dan siapa yang tidak layak jadi pemimpin Halmahera Tengah ke depan.
Hermeneutika kritis memberikan gambaran dan pengertian bahwa teks yang disampaikan oleh kekuasaan yang mencerminkan janji, maka harus dicerna dengan analisis yang tajam agar kita terhindar dari kebohongan dan manipulasi harapan politik yang pada ujungnya akan menjadi sebuah kalimat bermakna kejahatan dan kebusukan dan harapan yang tidak ada pastinya. Disinilah permainan Politik Pandora akan dimainkan oleh kandidat tertentu dengan teks narasi politik dan kampanyenya yang datar tapi di balik teks narasi politik yang datar itu, terdapat ingin menguasai panggung kemenangan pilkada Halmahera tengah. Tapi ini ditutup rapat dan tersembunyi sejuta skema kejahatan dan kerakusan dalam merebut tahta kekuasaan dalam suatu pertarungan politik.
Maka siapakah diantara ketiga kandidat tersebut yang akan membawa Politik Pandora dalam melancarkan propaganda politiknya agar merajut kemenangan nanti. Apakah politik Pandora Halteng akan menjadi kado yang baik untuk masyarakat Halmahera tengah?. Ataukah kado yang isinya berkepanjangan penderitaan, kemiskinan, penindasan, penghisapan, perampasan ruang hidup, serta ideologi mapan ini, akan tetap subur di negeri ini. Apakah Politik Pandora Halteng akan mengeluarkan keharuman dan harapan masa depan?, atau Politik Pandora Halteng akan mengeluarkan bau busuk dan rakus dalam arena pertarungan pemilihan kepala daerah hari ini. ***