Pangan Lokal dalam Cengkraman Industri Tambang

- Editor

Sabtu, 13 Januari 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Aktivitas Industri Pertambangan di bagian hulu: Dok Sahrul Jabidi

Aktivitas Industri Pertambangan di bagian hulu: Dok Sahrul Jabidi

Liputan ini merupakan kerja sama AJI Indonesia, Kurawal Foundation, dan independen.id

Peliput : Sahrul Jabidi
Editor   : A. Ahmad Yono

Hari mulai pagi, perjalanan menuju  Desa Kulo Jaya Kecamatan Weda Tengah, Kabupaten Halmahera Tengah Provinsi Maluku Utara memakan waktu perjalanan kurang lebih dua jam dari Desa Lelilef Sawai menuju desa setempat, pada Minggu 26 November.

Dengan menggunakan sepeda motor, perjalanan menuju desa itu melewati jalan berlubang tergenang air, karena baru saja terjadi hujan. Ketika memasuki desa, terlihat hamparan lahan perkebunan dan sawah milik warga. Memang rata-rata aktivitas warga di tempat itu adalah bertani. Mereka menanam padi dan tanaman pangan lokal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Halmahera Tengah, Desa Kulo Jaya Kecamatan Weda Tengah memiliki luas wilayah 53,05 km dengan jumlah penduduk sebanyak 444 jiwa yang terdiri dari 261 laki-laki sebanyak 261 orang dan sisanya perempuan.

Kabupaten Halmahera Tengah sendiri memiliki luas 227.683 hektar, dan sejak Agustus 2018 dibebani 66 izin usaha pertambangan (IUP) dengan luas konsesi mencapai 142.964,79 hektar. Dengan kata lain 60 persen Halmahera Tengah jadi industri tambang yang sebagian berada di kawasan hutan.

BACA JUGA  Langkah Gegabah Pemkot Ternate di Tengah Pandemi

Desa Kulo Jaya adalah salah satu desa dimana warga harus menanggung nasib dari dampak aktivitas industri pertambangan. Lahan perkebunan dan pertanian milik rakyat terdampak lumpur pertambangan akibat banjir beberapa waktu yang lalu. Konon banjir itu menyebabkan lahan perkebunan warga tak lagi subur. Buktinya hasil kebun berkurang drastis.

Misalnya Wantoneta Koyoyo warga Desa Kulo Jaya ini. Dia terlihat lesu duduk bersama anaknya Atu Duwonge yang baru saja pulang dari kebun, Minggu 26 November, sekitar pukul 11.18 WIT.

Wantoneta tinggal di desa Kulo Jaya ini sejak tahun 2003. Ia memiliki lahan dua hektar. Satu hektar masih bersertifikat yang ditanami padi, pisang dan ubi, sementara satunya belum dimanfaatkan karena belum bersertifikat.

“Waktu perusahaan belum masuk kita bertani masih sangat baik, semua hasil tanaman masih bisa makan, tapi sekarang malah tambah sengsara. Jadi kalau kita bilang dampak dari tambangmang di Desa ini paling parah,” kata Wantoneta, saat dia dikunjungi media.

BACA JUGA  Menanti Terobosan KPK  di Kasus Suap Mantan Gubernur Maluku Utara

Wanita 58 tahun ini bercerita bagaimana sulitnya warga bercocok tanam akibat tanaman rusak terlibas banjir dan lumpur. Menurut dia kondisi sekarang ini sangatlah berbeda dibanding sebelum masuknya industri pertambangan.

Dulu padi maupun tanaman lokal berupa ubi kayu, ubi jalar, pisang, jagung, sagu, dan juga sayur-sayuran tumbuh subur di atas perkebunan miliknya. Semua hasil tanaman masih dapat dikonsumsi untuk kebutuhan dalam rumah. Namun sekarang justru kebalikannya.

Menurut dia, meski aktivitas pertambangan hanya terjadi hujan di bagian pegunungan, tetap saja berdampak pada tanaman akibat sedimen dari hasil tambang.

Tanaman yang baru saja ditanam awalnya masih sangat subur, tapi ketika berselang beberapa bulan tanaman sudah mati. Ada yang masih hidup, namun  hasil tanaman rusak akibat lumpur yang memenuhi lahan perkebunan warga mencapai 30 cm.

Kondisi Desa Kulo Jaya Kecamatan Weda Tengah : Dok Sahrul Jabidi

Ia menduga tanaman yang rusak karena terkontaminasi dengan limbah industri pertambangan, sehingga tidak bisa panen. Lahan perkebunan miliknya masih dipertahankan, hanya saja tanaman dalam perkebunan itu tak bisa diharapkan karena tidak memiliki hasil.

Berita Terkait

HUT Provinsi Maluku Utara ke-25 Momentum Berbenah
Menilik Janji Cagub Cawagub Soal Porsi Pendidikan dan Tenaga Kerja Maluku Utara
Politik ‘Dopamin’ IMS-ADIL dan Kemenangan Elang-Rahim 
Judol : Kalah jadi ‘Abu’, Menang jadi ‘Arang’
Pandora Politik Halmahera Tengah
Pilgub, Masalah dan Tantangan Masa Depan Maluku Utara Menurut Ekonom
Akselerasi Budaya Literasi Masyarakat Melalui Perpustakaan Desa
Sultan-Aliong Dinilai Tepat di Pilgub Malut
Berita ini 335 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 8 Oktober 2024 - 17:57 WIT

HUT Provinsi Maluku Utara ke-25 Momentum Berbenah

Selasa, 1 Oktober 2024 - 12:31 WIT

Menilik Janji Cagub Cawagub Soal Porsi Pendidikan dan Tenaga Kerja Maluku Utara

Rabu, 18 September 2024 - 22:20 WIT

Politik ‘Dopamin’ IMS-ADIL dan Kemenangan Elang-Rahim 

Jumat, 13 September 2024 - 14:43 WIT

Judol : Kalah jadi ‘Abu’, Menang jadi ‘Arang’

Sabtu, 7 September 2024 - 14:07 WIT

Pandora Politik Halmahera Tengah

Berita Terbaru

Kabid Humas Polda Maluku Utara, Kombes Pol. Bambang Suharyono

Headline

18 Saksi Diperiksa Terkait Insiden Kebakaran Speedboat Bela 72

Selasa, 15 Okt 2024 - 21:30 WIT

Pembangunan rumah di Jambula Ternate pasca banjir Rua.

Headline

Baru 5 Unit Rumah di Jambula yang Dibangun Pasca Banjir Rua

Selasa, 15 Okt 2024 - 21:15 WIT

Penyitaan minuman keras cap tikus oleh jajaran Polres Halmahera Tengah

Headline

Polres Halteng Sita Puluhan Kantong Miras Cap Tikus Siap edar

Selasa, 15 Okt 2024 - 20:25 WIT

error: Konten diproteksi !!