Dengan menampilkan sejumlah data sejarah tentang Sibualamo oleh Samsurizal yang terdiri dari beberapa klan, di antaranya Tobelo, Galela, Pagu, Towiliko, Boeng dan Modole yang mendiami Kecamatan Kao, etnis Tobelo mendiami Kecamatan Tobelo dan etnis Galela mendiami Kecamatan Galela. Di bawah rumah besar (Sibualamo) juga mengenal beberapa sistem, baik pemerintahan, kekerabatan, kepercayaan dan perkawinan.
Sistem-sistem tersebut mengatur kehidupan bermasyarakat dalam beberapa Hoana (kampong) sehingga masing-masing menjalankan tugas dan peran tersendiri.
Dalam komunitas masyarakat Sibualamo, terdapat 10 hoana, yakni; Module, Pagu, Towiliko, Boeng, Lina, Huboto, Gura, Momulati, Towara dan Toweka yang dikepalai oleh pemuka kampong atau dalam bahasa Tobelo dikenal dengan sebutan (Hoana Mahaeke).
Pada konteks data sejarah ini, Samsurizal kemudian melanjutkan pandangannya bahwa masyarakat Sibualamo pada zaman sebelum adanya sistem kesultanan sudah sangat menjunjung nilai-nilai persamaan (egaliter), dimana tidak ada yang lebih tinggi kedudukan di antara mereka. Dan semua sudah memahami azas-azas demokrasi, pembagian kekuasaan tugas dan fungsi serta peran yang dibentuk sesuai dengan asas musyawarah untuk mufakat, bahkan sampai cara pemilihan pemimpin Jiko Makolano yang dilakukan melalui musyawarah besar di rumah adat yang dihadiri oleh semua kepala suku serta seluruh pemangku adat.
Data sejarah berbagai tradisi, kebiasaan, yang berlaku dalam rumah besar (Sibualamo) dan dijalankan sepenuh hati oleh warganya seperti disebutkan di atas, adalah bagian dari saripati, intisari yang diperas oleh Bung Karno melahirkanlah lima nilai dari ideologi Pancasila.
Halaman : 1 2 3 4 5 Selanjutnya