Ternate, Maluku Utara- Menjelang akhir tahun anggaran 2022 ini, rupanya realisasi belanja daerah Provinsi Maluku Utara (Malut) hingga November 2022 baru sebesar sebesar Rp.9,19 triliun atau sebesar 65.16 persen dan pagu, dan pembiayaan daerah sebesar Rp 454 miliar.
Kepala Bidang PPA II Kanwil DJPb Maluku Utara, Achmad Syaiful Mujab yang mengatakan, realisasi belanja daerah sampai dengan akhir November 2022 masih terbilang rendah.
“Realisasi tersebut sebagian besar disokong oleh belanja komponen belanja operasional,” kata Mujab, Kamis (21/12/2022).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Mujab berharap agar Pemerintah Daerah segera melakukan akselerasi penyaluran belanja khususnya belanja modal yang belum menyentuh 60 persen dari pagu,” pintanya.
Sementara untuk realisasi pendapatan daerah, ungkapnya, baru sebesar Rp 10,34 triliun (79.52 persen pagu) hingga November 2022. dengan akumulasi Silpa yang dinaikkan sebesar Rp 1,6 triliun.
Adapun, realisasi pendapatan daerah sampai dengan November 2022 masih didominasi oleh komponen dana transfer mencapai 89.29 persen dari keseluruhan pendapatan APBD.
Ditambahkan, besarnya proporsi dana transfer dalam komponen pendapatan APBD menunjukkan bahwa kapasitas fiskal daerah masih perlu ditingkatkan. Lebih rinci, realisasi Dana Bagi Hasil (DBH) per 30 November 2022 adalah Rp 1.353,12 miliar, Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp 5.601,39 miliar, Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik Rp 1.625,89 miliar, DAK Non Fisik sebesar Rp 921,2 miliar, dan Dana Insentif Daerah (DID) sebesar Rp 95,74 miliar.
Mujab berharap agar Pemerintah Daerah melakukan evaluasi terhadap capaian realisasi pendapatan dan menyusun strategi untuk meningkatkan PAD. Salah satu caranya dengan penguatan pemantauan pelaksanaan pemungutan pajak dan retribusi daerah.
Ia menambahkan pertumbuhan ekonomi di Triwulan III Tahun 2022 mampu tumbuh sebesar 24,85 persen yoy, jauh di atas pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,72 persen, dengan kontribusi terbesar disumbang oleh sektor industri pengolahan dan sektor pertambangan dan penggalian.
“Sektor produksi yang mengalami pertumbuhan ekonomi terbesar industri pengolahan sebesar 96.55 persen yoy. Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur perekonomian di Maluku Utara dengan proporsi 29.46 persen. Hal ini disebabkan tingginya aktivitas pada sektor industri pengolahan khususnya tambang,” pungkasnya. (Arul-3)