Sanana, Maluku Utara- Tarian Laka Baka akan ditampilkan dalam Festival Tanjuang Waka. Tarian tersebut adalah salah satu dari empat warisan budaya tak benda Sula yang masuk nominasi dan mendapatkan lembar penetapan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Mendikbud RI) pada Tahun 2019
Itu disampaikan Ketua Sanggar Leha Matua, Arsad Duwila kepada wartawan, Minggu (05/09/2021).
Arsad yang juga pelatih tarian Laka Baka menyampaikan, saat ini ia mempersiapkan para penari untuk tampil pada Festifal Tanjung Waka. “Tarian Laka Baka akan ditampilkan pada Festival Tanjung Waka. Saat ini saya siapkan anak-anak untuk tampil sebaik mungkin dalam momen budaya itu,” ujar Arsad.
Arsad menjelaskan, penari Laka Baka dibagi dalam beberapa kelompok usia, yakni usia 13 tahun, 14 tahun, 17 tahun dan 19 tahun. Semua sudah siap tampil,” katanya.
Terpisah, korator di bidang seni pertunjukan Kementerian Pariwisata RI, Eko Supriyanto mengatakan sangat terharu melihat tarian Laka Baka.
“Saya sangat terharu dan bangga melihat adik-adik Sanggar Leha Matua melakukan latihan Tari Laka Baka. Mereka sangat menjiwai sehingga kita yang menonton terasa sampai di hati. Saya harap tarian asli Sula ini terus dilestarikan,” puji Suprianto.
Supriyanto mengaku sudah mendengar bahwa tarian Laka Baka sudah masuk dalam tarian nasional. “Makanya, sekali lagi saya harap Pemda dan masyarakat melestarikan tarian ini agar generasi berikutnya tahu bahwa tarian Laka Baka adalah asli Sula. Ini aset budaya dan identitas orang Sula,” imbuhnya.
Sekedar diketahui, empat Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) berasal dari Kabupaten Sula, Provinsi Maluku Utara, yang masuk nominasi dan mendapatkan lembar penetapan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Mendikbud RI) pada Tahun 2019 adalah adat perkawinan Mata Pia Bakai, Seni pertunjukkan Baka Yab Yai, Tarian Laka Baka, dan Kuliner Halua Kenari. (Sarif-1)