TERNATE, HALIYORA.COM,- Cerita ini dikutip dari kisah yang diuraikan dalam buku Peradaban Islam di Yerusalem yang ditulis oleh Dr Muhammad Syafii Antonio, M.Ec. Dalam karyanya yang diberi judul Enciclopedia of Islamic Civilization, beliau mengurai kembali berbagai peradaban islam mulai dari zaman Rasululullah, Khalafaurrasyidin hingga zaman kekhalifaan.
Setelah Perang salib pada tahun 1099 M, Yerusalem dan palestina kembali ke pangkuan pemerintahan islam. Keberhasilan itu bermula dari Salahudin Al Ayyubi yang mampu mengumpulkan seluruh kerajaan islam dalam suatu perang suci. Salahudin berhasil mengalahkan tentara salib dalam pertempuran Hattin 1187 M.
Salahudin Al Ayyubi atau dikenal oleh orang barat dengan nama Saladin, lahir di Tikrit, Irak, Pada tahun 1138 M. Ayahnya adalah seorang pejabat di Tikrit keturunan Kurdi. Setelah kelahirannya, keluarganya kemudian pindah ke Aleppo Syiria. Salahudin tumbuh dan besar di kota Belbek dan Damaskus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Saat Yerusalem kembali ditaklukkan Salahudin, berbagai upaya dilakukan oleh orang-orang eropa untuk merampasnya kembali. Adalah Paus Gregory VII yang mengkonsolidasikan kekuatan pasukan salib untuk mempersiapkan serangan ke yerusalem.
Kendali peperangan kali ini dipimpin Raja Richard dari inggris atau yang dikenal dengan “Si Hati Singa”, Kaisar Frederick Barbarosa dari Jerman dan Raja Philip Augustus II dari Perancis. Namun ketiganya hanya raja Richard yang tembus sampai ke Yerusalem, kaisar frederick tenggelam serta Raja Philip sakit dan harus dikembalikan.
Richard adalah anak ketiga Raja Henry II dari inggris, lahir pada 8 september 1157. Berkuasa pada tahun 1189 – 1199. Ia merebut tahta dari ayahnya setelah bekerjasama dengan Phililip II dari perancis. Karena keberaniannya, dia dijuluki Richard Si Hati Singa (the lion Heart). Dia adalah salah satu tokoh perang salib dan dibanggakan sebagai pahlawan di inggris, dia pernah menghukum mati 3.000 orang islam yang umumnya wanita dan anak-anak, kejadian ini terjadi di Kastil Akko, dia wafat pada 6 April 1199.
Sebelum tiba di Yerusalem, pasukan salib dihadang oleh pasukan islam di Arsur, peperangan tak terelakkan, pasukan islam berhasil dipukul mundur. Pasukan salib kemudian tak bisa melanjutkan perjalanan karena kondisi musim dingin yang mengakibatkan tentaranya tewas.
Pada Tahun 1192 pasukan Salib kembali melanjutkan serangan ke Yerusalem. Akan tetapi dalam perjalanannya, Raja Richard jatuh sakit dan meminta pertolongan pada Salahudin.
Dalam ekspedisinya, pasukan salib dibawah komando raja Richard membunuh ratusan kaum muslimin yang tidak bersalah, meskipun Salahudin mengetahui kekejaman pasukan salib akan tetapi mereka tidak meperlakukan hal yang sama kepada kaum kristen. Ini karena mereka berpegang pada firman Allah dalam surat Al maidah ayat ke 2 “…Jangan karena kebencian(mu) kepada suatu kaum, karena mereka menghalang-halangimu dari masjidil Haram, mendorongmu berbuat melampaui batas.”
Mendengar panglima tentara salib jatuh sakit, Salahudin berhasil masuk ke tenda Panglima tentara salib sambil membawa obat-obatan dan mengobatinya hingga sembuh. Kebesaran dan kemuliaan hati Salahudin membuar Richard terkesan dan menawarkan perdamaian, ia lalu menarik semua pasukan salibnya kembali ke eropa.
Pada tahun 1197 ditandatanganilah perjanjian damai diantara mereka. Salahudin kemudian membebaskan orang kristen datang berkunjung ke Palestina dengan catatan tidak membawa senjata.
Salahudin memang sosok yang murah hati dan rendah diri. Saat penaklukkan palestina, ia mengizinkan tawanan-tawanan yang dibebaskan pergi bersama anak dan istrinya. Salahudin juga memperlakukan kaum wanita, orang tua dan anak-anak dengan kemuliaan akhlak islam.
Salahudin bahkan diakhir hidupnya, beliau wafat tidak meninggalkan uang yang cukup untuk membiayai penguburannya, ini ditulis oleh H.A.R Gibb dalam The Arabic Source for the Life of Saladin. Semoga bermanfaat (Red)