LABUHA, HALIYORA – Angka balita pengidap stunting di Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel) terbilang menurun dari tahun-tahun sebelumnya. Dari 2809 kasus yang telah tercatat 2 tahun sebelumnya, Dinas Kesehatan (Dinkes) Halsel di tahun ini mengeluarkan data penurunan pada angka 1318 kasus balita pengidap stunting.
Kadinkes Halsel Rusna Muhammad, ketika ditemui Selasa (14/01/2020) kemarin, mengatakan bahwa selain beberapa penyakit berbahaya, Dinkes juga fokus dalam eliminasi balita stunting. Olehnya itu berbagai program dalam rangka eliminasi stunting telah dilakukan pada 2019. “Tahun 2020 kita juga punya sejumlah program untuk itu,” akunya.
Lanjut Rusna, Stunting adalah keadaan dimana balita mengalami masalah dalam tinggi badan dan itu terdeteksi lewat pemeriksaan kesehatan, baik di Puskesmas maupun Rumah Sakit. Dalam penyembuhannya, akan terlihat jika tinggi badan Balita itu naik, hal itu menandakan balita tersebut dianggap telah sembuh dari stunting, dan upaya penyembuhannya kita lakukan dengan memberikan asupan gizi dari makanan tambahan dan pelaksanaan imunisasi,” jelasnya.
Terpisah, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Aslima Kasuba, menjelaskan bahwa dari tahun 2018 sampai 2019, data Balita penderita stunting di Halsel sebanyak 2809. Dari jumlah kasus tersebut, Dinkes berhasil menyembuhkan 1495 balita yang tersebar di 249 Desa. “Sisanya, masuk dalam fokus penyembuhan yang terus dikawal untuk diberi asupan gizi dan imunisasi. Tak lupa, kita selalu sosialisasikan kepada masyarakat terkait eliminasi stunting,” tuturnya.
Aslima juga menjelaskan dalam penangan stunting di Halsel, telah dibentuk Tim Penanggulangan yang melibatkan Dinas terkait. Sejumlah Dinas yang terlibat dalam Tim penanggulangan stunting bersama Dinkes meliputi; Bappelitbangda, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Sosial, DPMD dan DP3KB. “Namanya tim Konvergensi Stunting Halsel, dari 2018 sampai 2019 dimana program lokus stunting di Halsel sudah dicanangkan dan terus berlanjut hingga 2020 nanti,” jelasnya.
Tahun 2020, ada 19 dari 39 Desa yang menjadi lokus di Halsel. Pada 19 Desa itu, terbilang paling tinggi angka stunting dari yang lainnya. Desa Bajo paling teratas angka balita penderita stunting, yaitu 28 kasus. “Pada tahun 2020, kita akan ikut Musrenbang agar bisa memberikan edukasi sekaligus kampanye soal perbaikan gizi kepada masyarakat. Selain itu, kita juga menjadwalkan pemberian makanan tambahan untuk asupan gizi balita dan melaksanakan imunisasi di Posyandu, sekali dalam sebulan,”tutup Alisma. (liken)