Ternate, Haliyora.com
Bersatu dan bersinergi dalam musik itu indah. Kata-kata ini memaknai acara Musik Corner pada Jumat dan Sabtu Malam di Benteng Oranye, Kota Ternate, Propinsi Maluku Utara (Malut). Para seniman Malut berkumpul di tempat ini melakukan pertunjukan yang luar biasa di acara Music Corner Season 15 Tahun 2018.
Para musisi muda sampai dengan yang senior yang ambil bagian di acara ini, terlihat begitu menikmati acara musik dan pasar kreatif. Ini belum juga pengunjung yang terlibat dalam acara ini juga sangat terlihat terhibur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Herman Husein Mahifa, CEO Tarada Creative penggelar Music Corner yang ditemui menyampaikan, acara Music corner yang dimulai 2014 sampai 2018 tujuanya ada tiga hal. Yang pertama Perspektif. Timur, kedua Timur Bersuara dan yang ketiga pasar bisa diciptakan.
“Perspektif Timur yaitu menyatukan pandangan musisi, seniman, enterpreneurship dan masyarakat untuk bersinergi dan berkarya untuk daerah kita dengan ide yang inovatif kreatif. Sedangkan poin kedua Dari Timur Bersuara, maksudnya menyiapkan ekosistem (SDM) meramu ide kreatif yang dimenej dengan baik agar bisa dijadikan produk yang layak untuk disajikan,” jelas Eroz, sapaan akrabnya.
[artikel number=3, tag=”sosbud” ]
Lanjut dia, untuk poin ketiga, Pasar bisa diciptakan yaitu menyiapkan ekosistem (SDM) dan mindset para pelaku seni dan entrepreneurship untuk mandiri atau tidak semua bergantung pada pemerintah.
“Menyelenggarakan even kreatif dan menginspirasi even beredukasi menjadikan motivasi para pelaku seni atau ekonomi kreatif. Membuktikan pasar ekonomi kreatif lewat karya kretif anak muda untuk daerahnya. Para pelaku seni dan ekonomi kreatif layak untuk dihargai. Melihat peluang dengan mengadakan event-event kreatif dan inovatif untuk 2019 dan 2021 dan terpenting sudah waktunya dibangun sebuah gedung kesenian di Malut,” tuturnya.
‘Sebagai sentral pelaku seni budaya kami berkomitmen untuk mempertahankan kearifan lokal yang bukan hanya dibicarakan dijanjikan diatas podium penguasa. Bagi saya, seni dan budaya itu mengayomi menyatukan hati bukan sekedar mencari sensasi apalagi sekedar materi,” jelas Eroz.
Hal senada juga disampaikan musisi senior Yongker Turuy. “Sudah saatnya generasi muda Timur Indonesia khususnya Maluku Utara keluar dari zona konspirasi pasar Indonesia barat. Sudah terlalu lama kita terjebak dan sulit keluar dari zona yang didesign. Kami anak muda Indonesia Timur akan membuat gerakan revolusi para seniman. Membuat pasar sendiri tanpa harus ketergantungan dengan pasar orang lain,” tegasnya.
Para seniman ini juga berkomitmen untuk bangkit dengan jati diri Maluku Utara, tidak pernah melihat dunia dari imaji orang lain. Menurut mereka, menghargai royalti musisi itu bagian dari peradaban. Ini bukan soal uang receh untuk jajan, tapi bagaimana semua kalangan menghargai secara layak. (safi)