Cegah Krisis Kopra, Ini Tiga Rekomendasi Strategi Implementasi Pohon Kelapa versi Akademisi

- Editor

Kamis, 22 November 2018 - 17:44 WIT

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ternate, Haliyora.com

Anjloknya harga kopra yang dianggap sangat kritis serta menyusahkan para petani kelapa termasuk juga di Maluku Utara (Malut), rupanya ikut mencuri perhatian banyak kalangan termasuk juga akademisi. Menghadapi krisis harga kopra itu, dosen Fakultas Ekonomi Universitas Khairun (Unkhair) Ternate, Mukhtar A Adam pun turut memberikan rekomendasi yang menawarkan solusi kepada pemerintah.

Sebagai pengajar perguruan tinggi yang spesifikasinya ilmu ekonomi, Ota (sapaannya) merekomendasikan tiga strategi implementasi yang cukup untuk menangkis krisis di bidang pertanian.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Terdiri dari strategi jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang untuk menstabilkan harga kopra di daerah,” kata Mochtar saat diwawancarai Haliyora.com, Kamis (22/11/18) siang.

Untuk strategi jangka pendek yang ditawarkan berupa alokasi modal dari Pemerintah Daerah pada BUMD sebagai pengumpul kopra. Lalu BUMD harus menyusun skema perdagangan antar pulau di Malut.

“Kemudian, Pemerintah Provinsi harus bisa menjalin dengan Pemerintah Jawa Timur untuk memfasilitasi produk-produk hasil petani kopra ke industri. Pemda juga harus menyusun jaringan pemasaran dan logistik dari BUMDes, BUMD dan industri yang saling interkoneksi dalam tata niaga kopra. Terakhir, Pemda perlu menetapkan Peraturan Daerah (Perda) tentang penyertaan modal untuk pembelian hasil-hasil perkebunan kelapa,” bebernya.

BACA JUGA  Rencana Pemkot Ternate Rubah Maku Gawene Diapresiasi Akademisi

[artikel number=5, tag=”kopra” ]

Sementara, Lanjut Mochtar untuk strategi jangka menengah yakni Pemda harus memprioritaskan industri hilir yang membutuhkan teknologi rendah dan dapat dilaksanakan dengan kondisi infrastruktur meski terbatas. Lalu memproduksi barang antar (produk turunan dasar) untuk inputan industri lanjutan yang juga dapat dipasok ke industri terdekat.

“Selanjutnya menjalin kerjasama dengan wilayah yang lebih maju terkait dengan advokasi di sektor perkebunan dan perikanan. Mengembangkan skema one village one product (OVOP) atau satu desa satu produk, dalam hal ini BUMDes dengan mengoptimalkan pemanfaatan dana desa untuk menguatkan skala ekonomi produk kelapa dan perikanan. Serta, memanfaatkan UMKM yang sudah berkembang di Malut sebagai inti plasma dan dikelola melalui koperasi atau kelompok usaha yang mana berperan sebagai manjamen dan pemasar,” ucapnya gamblang.

Sedangkan untuk strategi jangka panjang ditawarkan yakni peningkatan ketersediaan dan kualitas infrstruktur dasar (jalan raya, perhubungan, listrik dan telekomunikasi). Termasuk penyediaan sekolah vokasi untuk peningkatan mutu SDM, yang lebih mumpuni melakukan upscaling industri di masa selanjutnya.

BACA JUGA  Dituntut Warga Soal Dana Desa, Ini Penjelasan Kades Labi-Labi

“Lalu Menciptakan economic of scale untuk komoditas perikanan dan kelapa melalui peremajaan tanaman kelapa, perbaikan kondisi ekosistem laut, pengadaan armada tangkap dan penguatan keterampilan petani dan nelayan,” paparnya.

Baginya, rekomendasi ini ditawarkan karena kelapa merupakan tree of life (pohon kehidupan)nya petani di Maluku Utara, dan juga memiliki banyak manfaat lainnya, seperti tepung kelapa. Lanjut Mokhtar, faktor yang diduga mempengaruhi tingkat kemiskinan di Malut pada periode September 2017 sampai dengan Maret 2018, dipengaruhi oleh kenaikan indeks harga konsumen sebesar 2,39 persen yang diikuti dengan menurunnya nilai tukar petani pada periode Oktober 2018

“Sub sektor tanaman perkebunan rakyat pun mengalami penurunan sebesar 1, 15 persen dibanding dengan NTPR bulan september 2018 yang disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 0,85 persen. Sementara indeks yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,31 persen. Menerunnya indeks harga yng diterima petani rata-rata sebesar 0,85 persen utamanya pada tanaman kelapa,” tutupnya. (fir)

Berita Terkait

Ribuan Liter Miras di Haltim Disita Polisi, Wakapolres Ungkap Jalur Peredarannya
Kabag Hukum ‘Tantang’ Lawyer yang Tangani Sengketa Pilkades Halsel
Spanduk Usut Dugaan Korupsi Masjid Pohea Dicopot, BEM STAI Babussalam Bereaksi
Aksi Protes Sambut Kedatangan Kajati Malut di Sula
Lagi, 2 Mantan Cakades Ini Bikin ‘Keok’ Pemkab Halsel di PTUN Ambon
Ribuan Liter Miras Disita Polisi Dalam Operasi Pekat Kie Rah II di Halsel
Polres Halsel Lidik Pasar Buana Seki dan Jikotamo
Polisi Bongkar Praktek Prostitusi Via MiChat di Sofifi, 9 Wanita Diamankan
Berita ini 39 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 28 November 2023 - 20:37 WIT

Spanduk Usut Dugaan Korupsi Masjid Pohea Dicopot, BEM STAI Babussalam Bereaksi

Senin, 27 November 2023 - 21:58 WIT

Kades Soligi Halsel Ungkap Fenomena Ikan Mati Mendadak

Senin, 27 November 2023 - 20:52 WIT

Soal Keluhan Nasabah Atas Layanan KCP Sula, Ini Respon BRI Cabang Ternate

Senin, 27 November 2023 - 12:09 WIT

Nasabah Keluhkan Buruknya Layanan BRI KCP Sula

Minggu, 26 November 2023 - 16:37 WIT

Mama Muda di Morotai jadi Korban Intip, Pelaku Diduga Warga Kampung Sendiri

Jumat, 24 November 2023 - 23:21 WIT

Direstui Tokoh Muda, Yunus Harun Optimis Menang di Musda KNPI Tikep

Jumat, 24 November 2023 - 14:17 WIT

Kesurupan, Karyawan Tambang di Obi Terjun Bebas ke Laut dari Kapal

Kamis, 23 November 2023 - 18:52 WIT

Sukseskan Festival GNPIP Malut 2023, PLN Jaga Keandalan Pasokan Listrik

Berita Terbaru

Pemerintah Kota Tidore Kepulauan mengadakan rapat koordinasi dengan pemerintah pusat. Rapat tersebut diikuti oleh Staf Ahli Walikota Bidang Kemasyarakatan dan SDM Yakub Husain secara virtual di ruang Rapat Walikota Tidore, Rabu (29/11/2023)

Pemerintahan

100 Stand UMKM Disiapkan Pemkot Tikep pada Harnus 2023

Rabu, 29 Nov 2023 - 23:56 WIT

Headline

RAPBD Halsel 2024 Dirancang Naik 5,19 Persen

Rabu, 29 Nov 2023 - 20:48 WIT

error: Konten diproteksi !!