Tidore, Haliyora.com
Jejeran meja berkaki rendah bertaplak kain putih memanjang disiapkan di selasar Masjid Induk Nyili Gamtufkange, Senin (19/11/2018) malam. Tampak aneka penganan yang dihiasi bendera warna warni dan air putih ikut tersaji diatas meja. Diujungnya terlihat sebuah pohon buatan yang dirakit dari aneka buah dan uang yang berdaun tanaman palem plus sebuah tempat untuk kemenyan dan mangkuk berisi air putih.
Sebuah tenda besar juga disediakan di halaman mesjid bagi warga yang akan hadir. Memang tidak sembarang orang bisa duduk di meja yang disiapkan di selasar itu. Hanya orang tertentu saja yang bisa menempati deretan meja ritual itu. Selain para imam atau syara, hanya Gimalaha Nyili Gamtufkange yang dapat duduk dan memulai ritualnya yang dipimpin Pembacaan Imam Tomayou dibantu oleh Imam Ngosi dan Imam Gam Gam, warga lainnya diperkenankan mengikutinya di halaman mesjid itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selepas Ba’da Isya, satu per satu para tokoh mengambil tempatnya dengan duduk bersila membentuk dua shaf saling berhadapan di depan meja. Diawali dengan pembacaan Salawat Zainal Anbiyai dengan lirik khas, dirangkaikan dengan bacaan Surah Al Fatihah, lalu pembacaan Syarraful’anam, dan bacaan Marhaban Al-Barzanji. Kemudian berdzikir dengan lantunan syair kisah Rasul pada saat peristiwa beliau dilahirkan lalu diakhiri dengan doa Maulid.
[artikel number=5, tag=”tidore,tikep,sosbud” ]
Demikian pemandangan sekilas persiapan warga Nyili Gamtufkange, Kota Tidore, dalam mempersiapkan perayaan Hari kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW 1440 Hijriah atau 2018 Masehi yang dilaksanakan satu malam sebelum perayaan besarnya. Inilah tradisi yang sudah dijalankan sejak turun temurun yang masih terjaga hingga saat ini.
Maulid bagi Nyili Gamtufkange, termasuk warga masyarakat di Tidore yang masih kental dengan adat dan budayanya yang bernuansa Islami, bukan hanya sekedar dirayakan akan tetapi dijadikan sebagai tujuan mencari ilmu untuk mempertebal keimanan dan aqidah terhadap ajaran tauhid Allah SWT.
Termasuk nilai-nilai menjalin tali silaturrahim antara sesama, memupuk persatuan dan kesatuan pemuda dan masyarakat dalam kebersamaan membangun negeri untuk menuju pada suatu tatanan kehidupan masyarakat yang religius, bermartabat, tentram, aman dan damai.
“Merawat dan menjaga negeri ini dari keterpurukan. Mendirikan negeri ini diatas fondasi Baldatun Tayyibatun Warabbun Gafur, Negeri yang selalu dicintai Allah dan Rasul. Tujuannya juga untuk mengajak generasi muda dan masyarakat dapat memaknai dan memahami akan pentingnya hari lahir Nabi Besar Rasulullah Muhammad SAW,” kata Imam Masjid Nyili Gamtufkange, Burhannudin Abdul Kadir pada Haliyora.com, Senin malam usai perayaan tersebut.
Imam Pim, sapaan akrabnya, juga berharap perayaan Maulid Nabi dapat menjadi membentengi generasi muda dengan nilai-nilai Islam yang hakiki. “Mendorong generasi muda untuk meneladani sifat-sifat Rasulullah. Kreatif dalam memaknai budaya yang bersendikan agama dan inovasi-inovasi yang berakhlakul karimah terlahir dalam diri sendiri,” ucapnya. (safi)